MqpcNGR9MWp5NGp9NaF9NWR4N7csynIkynwdxn1c
Kenangan Bersama Pasar Panorama Lembang

Kenangan Bersama Pasar Panorama Lembang

Kenangan Jualan


Di Pasar Panorama Lembang ini, untuk pertama kalinya saya mencoba berjualan. Waktu itu saya masih kelas 5 sekolah dasar. Itupun berlangsung tidak sampai sehari karena ketauan mamah. Lucu kalau diinget-inget, saya nawarin kantong kresek jumbo Rp 500,-/pc dan berhasil menjual beberapa lembar. Hingga suatu waktu berpapasan dengan mamah. Entahlah, saya sapa saja, kan ibu saya. Tapi tak diduga, saya langsung disuruh pulang! Beliau tersinggung, dikiranya saya tidak cukup dikasih uang saku.

Saat itu ingin mencoba sensasi berjualan, direct selling-ngasong! Karena beberapa teman sekolah dasar kebanyakan adalah anak seorang pedagang di pasar, tentu mainnya pun tak jarang suka ke pasar. Sebab teman-teman memang sepulang sekolah membatu orang tua di jongko (kios) mereka. Kebiasaan di pasar itu juga yang membuat saya tidak canggung kalau disuruh mamah beli sayuran atau apalah di pasar, hingga saya SMA.

Kenangan Wirausaha


Di pasar ini, sekitar tahun 2005 saya diusahakan mentor, Wahyu Marzuki, untuk membuat dan menjalankan usaha The First Family Photo Box dan digital printing foto di Lembang. Tempatnya di sudut toko buku Hikmah, bekas ding dong. Sekitar enam bulan mengoperasikan photo box melayani keluarga dan gadis-gadis pelajar yang mau berfoto ria. Yah, kalau era smartphone disebutnya foto selfie dan wefie.

Kemudian saya memilih tidak meneruskan, tak mampu mengelola hati ber-ghadul bashar (menahan pandangan) di pasar yang konsumennya lebih banyak cewek-cewek yang ngegemesin. Kala itu saya masih ada freelance melayout majalah internal sebuah bank, jadi no woories. Selang waktu yang tidak lama, ada tawaran kerja tetap jadi desainer di sebuah percetakan di Sarijadi, Bandung.

Di pasar ini, saya jadi bisa ngomong, loh! Pada dasarnya saya pemuda pendiam pemalu. Dipaksa learning by doing melayani pelanggan dengan komunikasi verbal dan non verbal. Bergaul dengan orang-orang yang rata-rata jauh lebih tua usianya.

Meski saat itu pikir saya berbisnis bukan jalan hidupku, nyatanya di pasar ini saya dapat pelajaran berharga: wirausaha. Sebab pada hari ini saya tengah mencoba kewirausahaan-sosial yang memberdayakan masyarakat, terutama para pelajar dan pemudanya. (Jika pembaca adalah warga Lembang, dsk, apalagi pelajar boleh diskusi).

Pasar tradisional ini, dengan segudang kenangan  tadi malam 14 Mei 2015 ludes terbakar lagi. Prihatin.

Saya ingat kebakaran pertama kali terjadi pada 1998 di hari terakhir EBTANAS SMP. Terkonfirmasi bahwa, kejadiannya pas di tanggal dan bulan yang sama, yaitu hari Kamis, 14 Mei juga.

 

Komentar

Kontak via WhatsApp