image: islampos.com |
Lembang di Kawasan Bandung Utara merupakan sebuah kecamatan terbanyak jumlah Desanya. Penghasil sayur mayur, produk kehutanan dan peternakan. Berkontribusi terhadap PAD KBB terbesar malah dari sektor pariwisata. Terdapat objek wisata alam dan artifisial, yang dibuat sedemikian rupa sehingga memperkuat suasana Lembang yang sejuk dan berbukit-bukit. Lokasi-lokasi wisata tersebut banyak dikelola korporasi namun kini warga setempat pun unjuk gigi.
Sebab tak ingin bernasib seperti taman wisata Gunung Tangkuban Parahu dan Air Terjun Maribaya. Mereka berjuang agar lingkungan mereka tidak diswastanisasi. Warga lokal ingin berdaya di lembur (kampung) sendiri. Warga setempat mengelola kawasan wisata alami yang masih benar-benar virgin. Ada yang mengelola curug (air terjun) yang tinggi, yang lebar, yang dingin, dan yang panas. Lingkungannya masih lengkap dengan pohon-pohon rindangnya dan view yang instagramable.
Contoh satu kasus adalah suatu pagi saya berada di Curug Luhur Cibodas, Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang yang dikelola warga. Di sebuah saung panggung saya mengobrol bersama tokoh warga dan pengelolanya. Kopi tersaji dari hasil kebun kopi sekitar lokasi wisata. Sebelum siang, obrolan diakhiri untuk main berkeliling kawasan. Dzuhur sudah pada waktunya, saya bergegas mencari musholla. Tapi baper, yang ditunjuk petugas adalah saung berkarpet biru yang digunakan tadi untuk ngobrol ria. Nggak ngeuh, tadi dibelakang saya ada sajadah!
[caption id="attachment_4505" align="aligncenter" width="770"] Saya bersama tokoh warga Suntenjaya dan pengelola Curug Luhur Cibodas[/caption]
Konsep Dasar Musholla Wisata
1. Paduan Tradisional dan Modern
Inspirasi ruangan bambu yang dipadukan dengan keramik mengkilap atau porselanix berikut adalah merupakan buah karya Kengo Kuma, arsitek Jepang. Gaya ruangan seperti ini untuk musholla cocok, karena memadukan unsur tradisional dan modern sekaligus. Mudah untuk membuat jamaah bersikap rapi dan menenangkan.
Ruangan mini bersebelahan dengan bangunan permanen lainnya. Desain ini sekadar inspirasi untuk idea membangun musholla wisata.
Sumber-sumber gambar di atas diambil dari Exposure-gallery.com (ditambahi ikon kaligrafi dari Pinterest), Printerest.com dan Archinect.com.
2. Memadukan dengan alam sekitar
Menggunakan full bambu dan bahan alam sekitar yang didesain lebih bernilai ekonomis dan dramatis. Memadukan desain dan kontruksi dengan lingkungan akan memberikan kesan yang lebih kuat dibenak jamaah/wisatawan. Bahkan menjadi iconic building yang diperhitungkan jika berhasil, selain berfungsi sebagai tempat sholat.
Di masjid Eco-pesantren Daarut Tauhid, di Kawasan Bandung Utara (tidak jauh dari Lembang) adalah pemandangan mihrab yang dihijab oleh dinding tanaman hijau. Pengalaman saya ketika itu terasa langsung dibelai angin ketakjuban. Bukan risih tapi bersih.
Pondasi Musholla Wisata
Musholla yang terdapat di objek-objek wisata lain pun yang dikelola warga Lembang belum maksimal keberadaannya. Berangkat dari pengalaman itulah, mushola ber-desain menjadi perhatian saya. Kenapa tidak membangun musholla dengan desain yang memaksimalkan dari segi luasan, fungsi, dan estetikanya.
Jargon Bupati KBB 2 periode adalah Bandung Barat CERMAT. Visi bersama membangun masyarakat yang cerdas, rasional, maju, agamis, dan sehat. Musholla wisata merupakan refleksi agamis masyakarat dan tentu menjadi pondasi kearifan lokal.
Problematika pengelola objek wisata pasti seputar biaya dan lahan yang terbatas. Dengan kolaborasi berbagai pihak dan donasi fisabilillah atau wakaf, insya Allah membangun desain musholla wisata dapat terwujudkan! Di sana ada dakwah, ada lahan sedekah. Apakah Anda tertarik berpartisipasi?